Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 Juni 2012

HADITS-HADITS DHAIF

"Barangsiapa shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka ia tidak menambah sesuatu pun dari Allah SWT kecuali kejauhan."
Hadits tersebut batil. Walaupun hadits tersebut sangat dikenal dan sering menjadi pembicaraan namun sanad maupun matannya tidak sahih.Dari segi sanad, telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab al-Mu'jaru al-Kabir, al-Qudha'i dalam Kitab Musnad asy-SyihabII/43, Ibnu Hatim dalam Tafsir Ibnu Katsir II/414 dan kitab al-Kswahib ad.-Darari l/2/83, dari sanad Laits, dari Thawus, dari Ibnu Abbas r a..Ringkasnya hadits tersebut sanadnya tidak sahih sampai kepada Rasulullah saw tetapi hanya mauquf hanya sampai kepada
Ibnu Mas'ud r.a. dan merupakan ucapannya dan juga hanya sampai kepada Ibnu Abbas r.a. Karena itu, Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Kitabul - Iman halaman 1 2, tidak menyebut- nyebutnya kecuali
sebagai riwayat mauquf yang hanya sampai kepada Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas r.a.
Di samping itu, matannya pun tidak sahih sebab zhahirnya mencakup siapa saja yang mendirikan shalat dengan memenuhi syarat rukunnya. Padahal syarat tetap menghukuminya sebagai yang benar atau sah, kendatipun pelaku shalat tersebut masih suka melakukan perbuatan yang bersifat maksiat. ladi, tidaklah benar bila dengannya (yakni shalat yang benar) justru akan makin menjauhkan pelakunya dari Allah SWT. Ini sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak pula dibenarkan dalam syariat. Karena itu, Ibnu Taimiyah menakwilkan kata-kata" tidak menambahnya kecuali jauh dari Allah" jika yang ditinggalkannya itu merupakan kewajibany ang lebih agung dari yang dilakukannya .Dan ini berarti pelaku shalat tadi meninggalkan sesuatu sehingga shalatnya tidak sah, seperti rukun-rukun dan syarat syaratnya.
Kemudian, tampaknya bukanlah shalat yang demikian (yakni yang sah dan benar menurut syara') yang dimaksud dalam hadits mauquf tadi Dengan demikian jelaslah bahwa hadits tersebut dha'if, baik dari
segi sanad maupun matannya. Wallhu a'lam bishshawab.

"Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu untukAllah dan ia tidak meninggalknnnya kecuali karena Allah kecuali Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya dalam urusan agama serta keduniaannya."
Hadits tersebut maudhu'. Saya sendiri pernah mendengar kata kata tersebut diutarakan oleh seorang tokoh yang tengah mengisi acara di radio Damaskus pada bulan Ramadhan.Abu Naim telah mengutarakannva dalam kitab Huliyyatul-Auliya II/196, kemudiani a berkata," Itu hadits gharib( asing)."Menurut saya sanadnya maudhu' (palsu) sebab yang sesudah az-Zuhri tidak disebutkannya sama sekali dalam kitab-kitab hadits selain Abdullah bin Sa'ada r-Raqi dan dia dikenal sebagai pendusta.Ad Daruquthni menyatakannya sebagai pendusta seraya berkata," Dia adalah pemalsu hadits.


"Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok."
Sekalipun riwayat di atas sangat masyhur dan hampir setiap orang mengutipnya, tetapi sanadnya tidak ada yang marfu'. Bahkan Syekh Abdul Karim al-Amri tjdak mencantumkannva dalam kitabnya Al Jaddu-Hatsits fi Bayani ma laysa bi Hadits.
Namun, saya telah mendapatkan sumbernya dengan sanad yang mauquf (pada sahabat)yaitu diriwayatkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab Gharibub Hadits I/46, dengan matan " Ihrits lidunyaaka...." dan seterusnya.
Juga saya dapatkan dalam riwayat Ibnu Mubarak pada kitab Az-Zuhad,II/28 dengan sanad lain yang juga mauquf dan munqathi' (tidak bersambung). Ringkasnya, riwayat hadits tersebut dha'if karena adanya dua penyakit dalam sanadnya. Pertama, majhulnya (asingnya) maula (budak/ pengikut) Umar bin Abdul Aziz sebagai salah satu perawi sanadnya. Kedua, dha'ifnya pencatat bagi Laits yang bernama Abdullah bin Shaleh, yang juga merupakan perawi sanad dalam riwayat ini.


"Sumber:Silsilah hadits Dhaif dan Maudhu Jilid 1 oleh Muhanmad Nashiruddin al-Albani"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar